.post-body img { max-width:100%; height:auto; } RAK KOLEKSI pok -: FILM "OPERA JAWA" KARYA GARIN NUGROHO

Wednesday, August 28, 2019

FILM "OPERA JAWA" KARYA GARIN NUGROHO

Jangan bingung dengan judul acaranya Parto Patrio "Opera van Java" di stasiun televisi Trans7 itu ya 😊 Yang ini sebuah karya seni yang sangat sangat serius, sophisticated dan nyeniii banget... Warbyasah! Bintang 5 deh pokoknya dari aku... Luv it!  😍👌👋👋👋

Mengusung konsep avantgarde/kontemporer, film yang sebenarnya sudah dirilis tahun 2006 lalu namun hanya dipasarkan untuk pangsa luar ini (baru tahun lalu kayaknya pemutarannya untuk konsumsi dalam negeri), menggabungkan 3 aliran senirupa sekaligus dalam satu media, yaitu : seni sinematografi film, seni teater (musik, tari, menyanyi) dan seni instalasi! Saya rasa baru kali ini di dunia ada seorang seniman yang bernyali baja begitu nekadnya berani mengeksplore sampai segitu. Hasilnya? Fenomenal! 👍😎

Film yang - sejauh penilaian pribadi - saya nilai merupakan masterpiece dari seorang Garin Nugroho ini, sudah berhasil menyabet penghargaan internasional tertinggi berupa film terbaik dan sutradara terbaik di Festival International Film Independent Bruxelles Ke-35 di Brussel, Belgia, tahun 2008.

Terus terang sih, pada saat awal menonton film ini (tanpa bekal pengetahuan apapun tentang film apa yang sedang saya tonton inj) saya bingung luar biasa, tidak mengerti babar blas apa sih sebenarnya cerita & pesan yang hendak disampaikan mas Garin ini. Pusing! Hehe... Sebetulnya saya menonton film ini by accident saja. Hanya bermodal pengetahuan bahwa film ini bergenre film musik, dengan format opera, maka niat awal saya sebenarnya sekedar pengin menonton indahnya seniman² tari tersebut melenggak-lenggokkan luhurnya seni tari Jawa, seni adiluhung budaya nusantara leluhur saya. Namun kemudian saya tersesat jadinya. Hanya dengan modal pengetahuan bahasa Jawa yang sekedar pas²an (meskipun saya orang Jawa asli), ternyata saya tidak tahu sama sekali jalan ceritanya, hahaha.... mbelgedes! 😂

Akhirnya, singkat cerita, saya pause dulu menonton film ini, buka browser, tanya mbah sana mbah sini, ketemulah dengan mbah gugel yang terus mendongengkan kepada saya bagaimana jalan cerita sebenarnya film ini. Ternyata, cerita yang diusung dalam film ini adalah merupakan adaptasi bebas dari pakem tradisional kisah Ramayana. Jika dalam kisah aslinya bercerita tentang konflik segitiga antara Rama, Sinta dan Rahwana, maka dalam Opera Jawa ini Garin menerjemahkannya dalam konteks kekinian yaitu konflik antara 3 tokoh utama yaitu Setyo sang pengusaha kecil (personifikasi dari Rama), Siti istri si Setyo (personifikasi Sinta) dan Ludira sang penguasa ningrat besar (personifikasi dari si buto galak Rahwana). Kisah simple sebenarnya, bukan sesuatu yang langka dalam hidup keseharian masyarakat kita saat ini. Kisah klasik yang masih aktual sampai dengan saat ini. Tentang seorang pria biasa bernama Setyo, yang tertindas oleh angkara perselingkuhan "terpaksa" nya sang istri (Siti) dengan si buto yang penuh dengan daya nafsu (yang celakanya - dan ini kerap kali kita temui dalam kegidipan - ditunjang dengan power dan kuasa berlimpah, Ludira. Bagaimana akhir kisah ini, bisa kita tebak tidak dengan kesulitan, mengacu pada kisah pakem Ramayana aslinya yang sudah sangat familiar kita ketahui. Nilai plusnya yang kita dapatkan bukan disitu, melainkan bagaimana Garin melalui filmnya ini menohok kesadaran sosial kita, membuat terperangah dan terhenyak dengan kenyataan betapa masih aktualnya kisah Ramayana yang sudah sedemikian klasiknya itu termanifestasikan dalam kehidupan sosial kita yang sudah sedemikian modern saat ini. Perselingkuhan, gagasan tentang "kemerdekaan" manusia bergender perempuan, keangkaraan nafsu berkuasa, maupun anarki yang tertimbulkan karenanya (angkara penindasan berbuahkan angkara pemberontakan si tertindas) dst... Nilai plusnya yang lain? Tentu sisi artistik penampilan seninya, yang bagi saya begitu memanjakan mata, rasa dan manah.

Begitulah, akhirnya setelah merasa sudah berbekal modal yang cukup, kembali saya tekan tombol play alat pemutar saya. Tentu saja demi kenikmatan maksimal, terpaksa saya harus menggeser kembali time-slidernya ke posisi awal.... dan itu tentu saja setelah proses mengangkut terlebih dahulu beberapa perabotan tambahan berupa segelas kopi panas plus beberapa cemilan, hehehe

Bagi yang tertarik mendapatkan pengalaman ekstase seni seperti saya, silahkan ambil barangnya di rak koleksi saya SEBELAH SINI

Selamat menonton.


Seni memperkaya jiwa kita,
SALAM PUSTAKA

No comments:

Post a Comment