Pertama kali membaca cersil ini ketika dimuat sebagai cerita bersambung (cerbung) di harian Jawa Pos, tahun berapa saya sudah lupa. Sempat mengklipingnya, benar² mengklip - menghancur leburkan koran setiap harinya dengan mengguntinginya, memotongi cerbung Naga Bumi-nya (dan halaman sambungannya di halaman lain) 😂, kemudian mengklipnya menjadi satu dengan klip kertas besar. Tidak bertahan lama tentu saja, usaha kelas amatiran kayak gini wkwkwkwk... maka baru beberapa minggu saja terhentilah dengan suksesnya usaha kliping-mengkliping ini, beralih ke media yang lebih bisa diterima dengan nyaman oleh akal sehat : buku! 😁. Dan dikarenakan ini buku terbitan cukup lama sehingga nyaris kecil kemungkinannya bagi saya untuk menemukannya di toko buku (TB konvensional, bukan online), maka jadilah saya berburu versi ebooknya. Dan inilah hasilnya... akhirnya dengan manis ebook serial Naga Bumi ini nangkring dengan manisnya di rak koleksi pok (tanpa harus lagi memainkan jurus tanpa bentuk bersenjatakan gunting, mengguntingi koran, hahahah...)
Ada 3 buku seri cersil Naga Bumi ini, plus satu buku lanjutan dengan judul Naga Jawa Di Negeri Atap Langit (cerita tentang sang Naga Bumi ketika menyatroni sarangnya dunia persilatan, negeri Cina).
Somehow, entah kenapa setiap kali mereview buku ini saya senantiasi secara yidak sadar langsung membandingkannya dengan buku sejenis: buku Senopati Pamungkas-nya Arswendo Atmowiloto. Tidak dalam hal gaya kepenulisan, yang dalam hal ini pasti jauh berbeda, dengan ciri & gaya kepenulisannya masing². Yang saya maksud adalah kesamaanya dalam hal keunikannya. Seperti juga Arswendo dengan Senopati Pamungkasnya, demikian pula Seno Gumira dengan Naga Bumi-nya. Mereka berdua bukan penulis khusus genre cersil seperti Asmaraman S. Kho Ping Hoo atau SH. Mintardja. Senopati Pamungkas dan Naga Bumi adalah satu²nya karya mereka di genre ini. Saya kadang menganalogikannya seperti banyak musisi² rock dunia yang tidak akan pernah merasa SAH tingkat ke-rock and roll-annya jika belum memainkan satu lafu blues! Mungkin.... sekali lagi ini mungkin ya, ada sedikit ego narsis seorang penulis untuk menunjukkan kepada publik: "ini loh, saya juga bisa bikin tulisan cersil, sebagus cersil tulisan penulis² asli dibidang itu!". Maafkan imajinasi liar saya hehehe... I can't help it, to not thinkin' like that
Berikut ebook cersil sang Naga Bumi tersebut. Enjoy it... 👇
Ada 3 buku seri cersil Naga Bumi ini, plus satu buku lanjutan dengan judul Naga Jawa Di Negeri Atap Langit (cerita tentang sang Naga Bumi ketika menyatroni sarangnya dunia persilatan, negeri Cina).
Somehow, entah kenapa setiap kali mereview buku ini saya senantiasi secara yidak sadar langsung membandingkannya dengan buku sejenis: buku Senopati Pamungkas-nya Arswendo Atmowiloto. Tidak dalam hal gaya kepenulisan, yang dalam hal ini pasti jauh berbeda, dengan ciri & gaya kepenulisannya masing². Yang saya maksud adalah kesamaanya dalam hal keunikannya. Seperti juga Arswendo dengan Senopati Pamungkasnya, demikian pula Seno Gumira dengan Naga Bumi-nya. Mereka berdua bukan penulis khusus genre cersil seperti Asmaraman S. Kho Ping Hoo atau SH. Mintardja. Senopati Pamungkas dan Naga Bumi adalah satu²nya karya mereka di genre ini. Saya kadang menganalogikannya seperti banyak musisi² rock dunia yang tidak akan pernah merasa SAH tingkat ke-rock and roll-annya jika belum memainkan satu lafu blues! Mungkin.... sekali lagi ini mungkin ya, ada sedikit ego narsis seorang penulis untuk menunjukkan kepada publik: "ini loh, saya juga bisa bikin tulisan cersil, sebagus cersil tulisan penulis² asli dibidang itu!". Maafkan imajinasi liar saya hehehe... I can't help it, to not thinkin' like that
Berikut ebook cersil sang Naga Bumi tersebut. Enjoy it... 👇
Selamat membaca
SALAM PUSTAKA
Novel dengan daftar pustaka paling tebal
ReplyDelete