Hahahaha jangan salah dulu, ini saya bukan mau cerita tentang kisah roman percintaan sepasang muda-mudi yang dimabuk asmara.
Karena kesibukan sehari-hari blog yang masih seumuran jabang bayi ini agak tersendat postingannya. Jadi agar supaya blog ini tidak mati suri sebelum dewasa, kali ini saya sekedar ingin bercerita ringan, tentang awal mula bagaimana akhirnya saya terbentuk menjadi seorang pecinta buku seperti sekarang. Melalui tulisan ini saya juga ingin menyampaikan apresiasi & rasa terima kasih yang sedalam²nya untuk orang² yang telah berjasa membentuk saya menjadi kutu-buku seperti sekarang ini.
Yang pertama, adalah seseorang dengan panggilan akrab "Lik San" (lik : paklik, sama dengan Om, sebutan untuk adik Bapak/Ibu kita), nama lengkapnya Lik Santoso (alm), adik dari almarhum Bapak saya, Soejitno. Karena suatu alasan tertentu yang saya tidak bisa ceritakan disini, beliau lik San ini, menjadi agak renggang hubungannya dengan keluarga. Beliau tinggalnya nun jauh di ibukota Jakarta sana, sementara semua keluarga kami tinggal di kota kecil tercinta, Probolinggo (Jawa Timur). Dan hanya sesekali sang paklik ini "sempat" pulang kampung ke Probolinggo, setahun sekali pun belum tentu.
Tapi bukan itu inti cerita yang hendak saya dongengin. Kali ini saya cuma ingin cerita tentang satu detail yang mungkin tidak penting bagi orang lain, namun begitu kuat tertancap dalam memori terdalam tentang masa kecil saya, hubungannya dengan kegemaran membaca buku.
Saat itu, di tahun 1975, saya masih seorang bocah ingusan (benar² masih meler loh ingusnya hahaha), kelas 2 SD waktu itu (umur 8 tahun). Pokoknya yang saya ingat betul, saat itu, tidak seperti temen² sekelas di sekolah yang sudah pada pinter & lancar membaca (bahkan ada seorang temen sekelas yang sudah hafal diluar kepala beberapa bacaan surat pendek Al-Qur'an), saya masih terbata-bata membaca kalimat ni-ni-lo-ro-mo-to, hahahaha..... generasi yang sebaya saya pasti tahu bacaan pelajaran dasar membaca itu. Saya baru bisa bener² lancar membaca setelah dipaksa "les privat" ke guru² yang sangat sangat disiplin dalam metode pembelajarannya, bulik (tante) saya sendiri Bu Warti (almh), damai & keselamatan untuk beliau "disana". Oyah, meskipun beliau itu bulik saya namun terbiasa di keluarga beliau dipanggil Bu, karena profesinya sebagai guru di sebuah sekolah di Probolinggo. Nah, dengan metode belajarnya yang penuh dengan "kasih sayang" (saking sayangnya sampai saya harus nangis² dipaksa belajar membaca) akhirnya subhanallah di suatu sore entah dapat ilham dari malaikat mana (mungkin karena malaikat kesian liat saya yang sampai nangis² dipaksa "iqra'" hahahah) akhirnya tiba² segala huruf terlihat terang dan indah di otak saya.... Clap! dan tiba² lidah saya terasa ringan sekali melafalkan i-ni-bu-di, i-ni-i-bu-bu-di, i-bu-bu-di-di-bu-bu-ti dengan lancarnya 😂😂😂 Saya ingat betul,saya kelas 2 SD waktu itu.
Nah kembali ke cerita soal Lik San, di suatu hari liburan sekolah (saya kelas 3 SD waktu itu.... atau 4 ya?? hehehe maaf sudah mulai rontok nih saraf ingatan), syahdan pulanglah si anak hilang Lik San ini ke kampung halaman. Dengan menggendong sebongkah rindu sungkem kepada orangtuanya (Kakek & Nenek saya, Mbah Kung & Mbah Ti). Setelah acara kangen²an selesai, semua airmata sudah dikuras, tibalah saat menguras oleh², buah tangan dari kota maha metropolitan di luar planet sana, Jakarta. Dan dibagi²kanlah makanan ini-itu, barang ini-itu, untuk ini-siapa-itu-siapa. And you know what?? Melihat saya yang hanya seorang bocah ingusan kelas 3 SD yang cuma bisa terbengong² melihat berbagai barang ajaib dari ibukota, tiba² Lik San memanggil saya dan istrinya tante Triesje mengambilkan oleh² yang khusus dibawakannya untuk saya seorang. Dan tahukah kalian apa oleh² sang paman untuk saya seorang bocah kampung yang baru bisa membaca lancar setahun yang lalu itu? Tadaaaa..... BEBERAPA BUAH BUKU!!! Whuuuaaaaaaaa........ Entah harus menangis atau tertawa kegirangan saya dapat hadiah buku seperti ini. Melihat satu paragraf cerita tentang budi dan ibunya serta nini yang gak berenti² sakit matanya itu aja bagiku rasanya sudah seperti membaca kitab tebal beribu-ribu halaman 😁
Namun bagaimanapun saya terima hadiah buku itu dengan hati senang, bagaimanapun ini oleh² dari metropolitan jeee.... barang langka ini, bisa pamer ke teman² kalau saya dapat hadiah barang dari kota besar, gak bakal ada di "kampung" Probolinggo sini 😁
Oyah aku ingat ada 4 buah buku "novel" kecil seukuran buku saku, entah terbitan Gramedia kali yah.... gak tahu pasti sih, belum kenal apa yang namanya Gramedia, sudah ada apa nggak waktu itu, wallahualam. Sejauh yang aku tahu jaman itu yang namanya toko buku di Probolinggo ya cuma satu, toko buku "Sumber Ilmu", milik Bu Pardi, teman baik almarhumah Ibu saya.
Empat buah buku itu adalah buku seri kisah² klasik sastra luar, yaitu :
- Kisah Robin Hood
- Kisah Jatuhnya Kota Pompeii
- Kisah Ivanhoe
- yang terakhir agak lupa saya, kisah Robinson Crusoe kalau gak salah
Nah setelah dengan susah-payah dan dengan segala perjuangan penuh keringat dan darah, hehehe.... akhirnya suatu hari saya berhasil membaca tamat semua keempat buku itu. Dan itulah saat titik balik perubahan pada diri saya. Begitu terpesona dan jatuh cintanya saya ke kisah² yang diceritakan di empat novel itu, sehingga kemudian berulang-kali buku² itu saya baca lagi baca lagi dan lagi.... dan ketika saya mulai merasa haus akan cerita² lain, kisah² lain dari perbagai penjuru dunia, mulailah saya betah berlama-lama nongkrong di depan rak buku peninggalan almarhum bapak yang selama ini saya anggap sebagai pajangan tak berguna di rumah saya. Saya bongkar dan baca semua harta karun tak ternilai itu. Saya juga mulai rajin dan rutin mengunjungi beberapa persewaan buku yang saat itu masih banyak ditemui di kota saya.
Oleh Bulik saya yang lain, Lik Sri (juga seorang guru), saya juga diperkenalkan untuk berlangganan sejumlah majalah² anak² dan remaja (selain koran), antara lain : majalah Bobo, Kawanku, Hai, dll.
Beberapa judul buku yang saya masih ingat betul saya dapatkan dari rak buku bapak antara lain :
- Revolusi Nusa Damai, karya Ketut Tantri
- Dewa Ruci, kisah perjalanan mengelilingi dunia
- beberapa buku agama, antara lain: Hidup Sesudah Mati, Kisah 25 Nabi dan Rasul, kitab Tanya-Jawab persoalan² Fiqih, dll
Dari persewaan² buku yang paling rutin saya pinjam adalah buku² cerita silat (cersil) mandarin karya Kho Ping Hoo, buku² komik silat dan superhero seperti Si Buta Dari Gua Hantu, Godam, Gundala, dll... komik Gareng-Petruk, komik horor, dll. Pendek kata, semua saya lahap dengan hausnya dan penuh suka-cita. What a wonderful world, what a wonderful life....
Khusus tentang Kho Ping Hoo, nanti akan saya share juga koleksi digital buku² masa kecil saya ini. Namun mungkin agak lama ya, karena kebetulan koleksi Kho Ping Hoo ini termasuk deretan koleksi ebook lama saya yang terdelete kapan hari itu (grrrrhh... masih terasa juga kesalnya saat hilangnya harta karun paling berharga itu). Saat ini saya masih berjuang mengkoleksi lagi (dan mengconvert ulang ke format epub favorit saya). Sabar ya.... suatu saat pasti akan saya posting khusus tentang penulis ini.
Demikianlah sekelumit dongeng kisah roman awal mula percintaan saya dengan makhluk mungil nan elok bernama "buku", sehingga saat ini di umur² menjelang ke tanah ini, jika kalian sempat berkunjung ke rumah saya, maka kalian akan menjumpai berlemari-lemari istri simpanan berupa buku ini di rumah saya (plus berpuluh-puluh gigabyte koleksi berupa file digital ebook di harddisk). Kebetulan juga saya dikirimi Tuhan seorang istri yang juga seorang pecinta buku, dan seorang putri.... kutu buku juga! 😃 Jadi ya begitulah, begitu sesaknya rumah kami dengan barang satu bernama BUKU ini. Sampai kadang kami bingung harus "membuang" ke panti atau perpustakaan mana buku² lama yang kira² bisa disisihkan, karena benar² sudah tidak ada tempat lagi di rumah kami 😁😁😁
Akhir kata, sekali lagi melalui blog ini saya ingin mendedikasikan untuk orang² tercinta yang telah merubah hidup saya ke "Jalan Buku" (meminjam istilah "Jalan Pedang"nya Miyamoto Musashi), yaitu :
- alm Lik San, yang menghadiahkan buku pertama dalam hidup saya
- almh Bu Warti, yang berhasil mengajar saya untuk bisa membaca
- almh Lik Sri, yang semakin mentrigger kecintaan saya terhadap berbagai macam bacaan
- dan terakhir sembah sungkem untuk alm Bapak, darimana darah cinta buku yang mengalir dalam diri saya berasal
Peluk cium dan sembah sungkem untuk orang² tercinta tersebut, semoga kedamaian dan keselamatan bagimu "disana", may peace be upon you, I love you all guys...
SALAM PUSTAKA
Tanamkan budaya gemar membaca ke anak-anak kita...