Dengan latar belakang pendidikan ilmu pasti yang saya peroleh sepanjang jenjang menuntut ilmu, tentu otak kiri saya terbiasa diasup berbagai macam rumus, hukum, adagium, dll yang pada umumnya (jika tak boleh dibilang seluruhnya) berisi suatu pernyataan tentang "kepastian"! (meskipun dari sekian banyak hukum yang saya pelajari dan saya yakini kebenarannya ada juga yang justru menyatakan hal yang sebaliknya, Hukum Heissenberg : satu²nya hal yang bisa dipastikan ada/terjadi dalam keseluruhan alam materi, adalah ketidakpastian itu sendiri!) Berbicara tentang kepastian, disini saya tidak membatasi apilkasinya melulu hanya pada rumus² fisika, matematika, kimia... 1+1 pasti = 2, bola yang dilempar keatas pasti akan jatuh dengan percepatan berbanding lurus dengan gravitasi, mencampur larutan asam dan larutan basa pasti menghasilkan garam+air, dst. Kepastian yang saya maksud disini juga bisa termasuk kepastian tentang karma misalnya, takdir, fenomena ekonomi (makro & mikro), dst dst...
Intinya adalah bahwa saya sebagai makhluk hidup berakal, sudah terbiasa dan dibiasakan, semenjak lahir sampe dengan thunuk² seperti sekarang ini, untuk selalu memandang dunia ini dengan otak kiri saya, aka. Logika! Bukan berarti otak yang ada di dalam tempurung kepala saya cuma terisi di sisi sebelah kiri thok ya, sementara sisi sebelahnya kosong melompong 😂 Dalam beberapa hal tentu saya juga tetap mengolah sisi otak yang sebelah sana itu. Saya berusaha keras mencoba belajar main gitar misalnya, meskipun akhirnya ya tetap saja gak mahir² seberapapun keras saya berusaha meniru Jimmy Hendrix. But, it's ok lah... paling tidak saya masih pede berani mengatakan bahwa kinerja otak saya tidak terlalu jauh njomplangnya hehehe....
Kembali ke soal "kepastian", hubungannya dengan ebook yang saya share kali ini, ada sebuah adagium (selanjutnya kita sebut sebagai Hukum Murphy) yang mengatakan "Jika pada sesuatu hal, pada dirinya - dalam segala kemungkinannya - mengandung setidaknya satu saja kemungkinan untuk menjadi salah, maka cepat atau lambat di suatu masa yang tidak bisa ditentukan PASTI akan terjadilah kesalahan tersebut! Dalam bahasa aslinya dikatakan "Anything that can go wrong, will go wrong"
Dalam contoh penerapannya di kehidupan sehari² seringkali memang hukum kepastian yang sebenarnya serius ini lebih banyak diungkapkan melalui kejadian² yang terdengar seperti hanya sebuah kekonyolan atau candaan. Banyak contoh, anda bisa browsing sendiri di internet soal ini. Sebut saja misalnya contoh berikut :
- pada awal pergantian musim dari musim panas ke musim hujan, tentu kita tahu pasti bahwa pada satu hari tertentu PASTI akan turun hujan tersebut. Seharusnya tentu kita menyiapkan payung untuk itu. Tetapi karena di hari² kemarin (dan sebagai tambahan pembenaran untuk pengambilan keputusan, toh ini masih di ujung masa berakhirnya musim panas, sehingga kemungkinan untuk turun hujan boleh dibilang masih 50:50 lah) kita terbiasa tidak membawa payung, dan aman² saja tuh. Hingga hari "sial" itu tibalah. Dengan tiba² saja hari berubah dari cerah menjadi mendung dan kemudian turun hujan, sementara anda sudah telanjur di jalan dan tidak membawa payung! Maka disini bolehlah kita mengatakn : Hukum Murphy bekerja! Shit! 😂
- Contoh lain misalnya saat mudik lebaran. Dari berita hari sebelumnya di siaran televisi saya mendapatkan informasi bahwa jalan utama yang menuju kota tujuan saya naudzubillah macetnya. Ada jalan alternatif sebetulnya, yang meskipun lebih jauh jaraknya namun biasanya pada hari² normal relatif lebih sepi, sehingga MUNGKIN bisa kita gunakan untuk menghindari kemacetan yang kita tahu betapa melelahkannya secara fisik & mental. Dan begitulah, hari ini saya berangkat mudik dengan keputusan untuk lewat jalur alternatif itu saja. Dan apa yang kemudian terjadi? Dengan penjelasan logic bahwa mungkin saja hari sebelumnya banyak orang dengan tujuan mudik yang sama, rupanya entah bagaimana secara "kebetulan" pada menonton berita televisi yang sama, yang memberitakan tentang macetnya jalur utama tersebut, sehingga hari ini terjadilah hal celaka itu, semua orang ternyata pada berbondong² pindah jalur menempuh jalur alternatif.... jalur utamanya malah sunyi sepi aman tenteram sentosa! Wkwkwkwk.... @#%&+#*% Bangs*t!! 😂
Demikianlah kira² penjelasan tentang hukum sial ini. Terdengar seperti sekedar scientifical joke bukan? Namun, buat saya sih, setidaknya ada 3 hal serius yang bisa saya ambil dari adagium itu.
Pertama, saya melihat benang merah antara berlakunya hukum tersebut dengan ajaran filosofis tentang TAKDIR (Qada' dan Qadar). Maaf, maaaf... saya tidak akan membuat jidat anda tiba² mengernyit dengan menyinggung soal ajaran agama ini. Secara saya juga merasa bukan seorang ahli di bidang itu, jadi cukup sampai dikata Takdir ini saja ya penjelasannya, tidak usah lagi diurai lebih jauh benang merahnya, anda tahu kan susahnya mengurai sebuah benang? Hehehe...
Kedua, anda juga pasti bisa menyimpulkan hal ini, bahwa anda tidak bisa mengontrol semua variabel yang terlibat dalam rumus persamaan terjadinya sebuah kejadian dalam alam semesta kehidupan anda. Dalam setiap peristiwa yang melibatkan kebutuhan untuk penentuan pilihan atau kehendak, ternyata ada semacam "Super Pengambil Keputusan" atau kontrol lain, selain kontrol berupa privilege untuk berkehendak bebas yang anda miliki, yang - secara bersama² - turut andil menentukan apa yang akan terjadi sebagai akibat atau konsekwensi yang akan anda dapatkan dari setiap pilihan tindakan yang anda pilih. Saya tidak hendak mengatakan bahwa kontrol lain tersebut bernama Tuhan (meskipun bagi saya pribadi memang demikian) untuk menghindari perdebatan lebih jauh dengan para penganut paham non-ketuhanan 🙏
Hal serius ketiga adalah, tentang laku urip. Masih berkaitan dengan dua point diatas, saya yang kebetulan seorang Muslim, sekaligus seorang Jawa, dalam menghadapi setiap potensi dan konsekwensi akibat dari proses penentuan sebuah pilihan tindakan hidup, diajarkan untuk selalu Pasrah lan Sumeleh. Pasrahkan apapun takdir yang akan berlaku pada setiap pilihan tindakan yang sudah kita jatuhkan, dan Sumeleh (ceria) menghadapinya. Seperti quote yang saya kutip pada gambar yang saya sertakan pada awal artikel ini "SHIT HAPPENS, BUT LIFE GOES ON". So, keep Smileee... It doesn't matter, how luck you are with your brilliant decision you've taken before, or how fucked-up you are with your dumb one. It should has no corelation in-between. Boso jawane : sumeleh broo... rodo memper juga yo karo boso inggrise, smile 😀
Eh jadi mblakrak kemana² yak....
Ya wis, nih dia ebooknya, silahken ambil DISINI ya
Tapi maaf ya, saya cuma punya ebooknya yang format digibook (ext .exe, untuk dibaca di PC/laptop saja). Dah ngubek kesana kemari nyari yang formatnya lebih populer gak nemu bro... Dan karena itu juga lah, terus terang, saya sendiri sampai sekarang belum baca buku ini hahaha... males ribetnya. Cuman tahu aja bahwa buku ini mbahas soal hukum sial si Murphy itu, yang sudah saya kenal jauh hari sebelumnya.
Selamat membaca,
SALAM PUSTAKA
Dalam contoh penerapannya di kehidupan sehari² seringkali memang hukum kepastian yang sebenarnya serius ini lebih banyak diungkapkan melalui kejadian² yang terdengar seperti hanya sebuah kekonyolan atau candaan. Banyak contoh, anda bisa browsing sendiri di internet soal ini. Sebut saja misalnya contoh berikut :
- pada awal pergantian musim dari musim panas ke musim hujan, tentu kita tahu pasti bahwa pada satu hari tertentu PASTI akan turun hujan tersebut. Seharusnya tentu kita menyiapkan payung untuk itu. Tetapi karena di hari² kemarin (dan sebagai tambahan pembenaran untuk pengambilan keputusan, toh ini masih di ujung masa berakhirnya musim panas, sehingga kemungkinan untuk turun hujan boleh dibilang masih 50:50 lah) kita terbiasa tidak membawa payung, dan aman² saja tuh. Hingga hari "sial" itu tibalah. Dengan tiba² saja hari berubah dari cerah menjadi mendung dan kemudian turun hujan, sementara anda sudah telanjur di jalan dan tidak membawa payung! Maka disini bolehlah kita mengatakn : Hukum Murphy bekerja! Shit! 😂
- Contoh lain misalnya saat mudik lebaran. Dari berita hari sebelumnya di siaran televisi saya mendapatkan informasi bahwa jalan utama yang menuju kota tujuan saya naudzubillah macetnya. Ada jalan alternatif sebetulnya, yang meskipun lebih jauh jaraknya namun biasanya pada hari² normal relatif lebih sepi, sehingga MUNGKIN bisa kita gunakan untuk menghindari kemacetan yang kita tahu betapa melelahkannya secara fisik & mental. Dan begitulah, hari ini saya berangkat mudik dengan keputusan untuk lewat jalur alternatif itu saja. Dan apa yang kemudian terjadi? Dengan penjelasan logic bahwa mungkin saja hari sebelumnya banyak orang dengan tujuan mudik yang sama, rupanya entah bagaimana secara "kebetulan" pada menonton berita televisi yang sama, yang memberitakan tentang macetnya jalur utama tersebut, sehingga hari ini terjadilah hal celaka itu, semua orang ternyata pada berbondong² pindah jalur menempuh jalur alternatif.... jalur utamanya malah sunyi sepi aman tenteram sentosa! Wkwkwkwk.... @#%&+#*% Bangs*t!! 😂
Demikianlah kira² penjelasan tentang hukum sial ini. Terdengar seperti sekedar scientifical joke bukan? Namun, buat saya sih, setidaknya ada 3 hal serius yang bisa saya ambil dari adagium itu.
Pertama, saya melihat benang merah antara berlakunya hukum tersebut dengan ajaran filosofis tentang TAKDIR (Qada' dan Qadar). Maaf, maaaf... saya tidak akan membuat jidat anda tiba² mengernyit dengan menyinggung soal ajaran agama ini. Secara saya juga merasa bukan seorang ahli di bidang itu, jadi cukup sampai dikata Takdir ini saja ya penjelasannya, tidak usah lagi diurai lebih jauh benang merahnya, anda tahu kan susahnya mengurai sebuah benang? Hehehe...
Kedua, anda juga pasti bisa menyimpulkan hal ini, bahwa anda tidak bisa mengontrol semua variabel yang terlibat dalam rumus persamaan terjadinya sebuah kejadian dalam alam semesta kehidupan anda. Dalam setiap peristiwa yang melibatkan kebutuhan untuk penentuan pilihan atau kehendak, ternyata ada semacam "Super Pengambil Keputusan" atau kontrol lain, selain kontrol berupa privilege untuk berkehendak bebas yang anda miliki, yang - secara bersama² - turut andil menentukan apa yang akan terjadi sebagai akibat atau konsekwensi yang akan anda dapatkan dari setiap pilihan tindakan yang anda pilih. Saya tidak hendak mengatakan bahwa kontrol lain tersebut bernama Tuhan (meskipun bagi saya pribadi memang demikian) untuk menghindari perdebatan lebih jauh dengan para penganut paham non-ketuhanan 🙏
Hal serius ketiga adalah, tentang laku urip. Masih berkaitan dengan dua point diatas, saya yang kebetulan seorang Muslim, sekaligus seorang Jawa, dalam menghadapi setiap potensi dan konsekwensi akibat dari proses penentuan sebuah pilihan tindakan hidup, diajarkan untuk selalu Pasrah lan Sumeleh. Pasrahkan apapun takdir yang akan berlaku pada setiap pilihan tindakan yang sudah kita jatuhkan, dan Sumeleh (ceria) menghadapinya. Seperti quote yang saya kutip pada gambar yang saya sertakan pada awal artikel ini "SHIT HAPPENS, BUT LIFE GOES ON". So, keep Smileee... It doesn't matter, how luck you are with your brilliant decision you've taken before, or how fucked-up you are with your dumb one. It should has no corelation in-between. Boso jawane : sumeleh broo... rodo memper juga yo karo boso inggrise, smile 😀
Eh jadi mblakrak kemana² yak....
Ya wis, nih dia ebooknya, silahken ambil DISINI ya
Tapi maaf ya, saya cuma punya ebooknya yang format digibook (ext .exe, untuk dibaca di PC/laptop saja). Dah ngubek kesana kemari nyari yang formatnya lebih populer gak nemu bro... Dan karena itu juga lah, terus terang, saya sendiri sampai sekarang belum baca buku ini hahaha... males ribetnya. Cuman tahu aja bahwa buku ini mbahas soal hukum sial si Murphy itu, yang sudah saya kenal jauh hari sebelumnya.
Selamat membaca,
SALAM PUSTAKA
Ngga bisa didownloadd mass
ReplyDeleteUdah saya cek, tidak ada masalah...
Deletehttps://saglamproxy.com
ReplyDeletemetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
0L5JQ