Dapat kiriman ebook ini dari seorang sahabat eks teman nongkrong, ngekost dan berdiskusi jaman kuliah dulu, Kemad (Rohmad Prihartanto), melalui group chat WA.
Sebuah buku yang terbilang jenis sekali lahap (hanya sekitar 160an halaman), namun yang isinya sungguh jauh dari terbilang ringan. Bahasan yang masih aktual, relevan dengan perkembangan sosial politik keberagamaan saat ini, yaag entah mengapa justru berkembang ke arah semakin maraknya faham fundamentalism, puritanism, radikalism, dan entah ism² apalagi yang bertajuk ekstrim kanan lainnya. Tentu, santer atau sayup², pernah kita mendengar teriakan atau bisik², gagasan dan cita² untuk menegakkan khilafah (whatever it means). Hizbut Tahrir, Islamic State, dll.
Tapi tak hanya itu sebenarnya, yang memicu trigger pertanyaan jauh di benak saya. Dalam beberapa obrolan dengan para sahabat, mengkristal sebuah pertanyaan ringan - yang ternyata tidak mudah menjawabnya, membutuhkan banyak opini dan argumen - kenapa sih, begitu dalamnya kebencian para umat penganut Islam Sunni, Ahlus Sunnah, dan lainnya (yang kebetulan berlabel sebagai mayoritas, dan kebetulan menjadi asupan utama jenis keIslaman yang diajarkan kepada saya sejak kecil) terhadap sebagian umat Islam lainnya, yang berlabel Syi'ah?? Padahal sejauh yang saya tahu pembeda utama antara kaum Sunni dan Syiah itu hanyalah murni karena keberpihakan otoritas politik/kekuasaan pada saru golongan tertentu, yang sendirinya tidak berarti menafikan keutamaan golongan yang berseberangan. Kaum Syiah berpihak kepada otoritas keturunan langsung keluarga Nabi (Bani Hasyim) - dalam hal ini terwakilkan pado sosok Ali, keponakan sekaligus menantu kesayangan Nabi Muhammad - sementara kaum Sunni berpihak kepada otoritas dari para sahabat Nabi (para Khulafaur Rasyidin selain Ali, dan dilanjutkan dengan otoritas kekuasaan yang dipegang oleh Bani Umayyah dan Abasiyah. Dua pihak berseberangan ini - Sunni & Syi'ah - sama² Islam loh, sama² mengucap Kalimat Syahadat sebagai rukun imannya. Bukankah seharusnya dua hal mendasar itu sudah cukup sebagai perekat kebersamaan, menjadikannya sebagai "common sense" bersama.... dan bukannya.malah bermusuhan, membesar²kan perbedaan yang "remeh-temeh", saling membenci, hingga titik menghalalkan tumpahnya darah saudara?
Sebuah pertanyaan sederhana dalam benak nurani saya, yang entah kapan bisa terpuaskan dengan satu jawaban masuk akal yang bisa saya terima. Wallahu 'alam bissawaab...
Buku dari Farag Fouda (Farah Faudah, bhs. Arab) ini secara garis besar adalah upaya dari sang penulis yang mencoba untuk meletakkan kembali persoalan keagamaan yang aktual itu, kembali pada proporsi sebenarnya yang seharusnya kita pegang erat. Bahwa fenomena friksi Sunni - Syi'ah sejatinyalah sebenarnya BUKAN persoalan keagamaan/keimanan, melainkan sekedar sebuah peristiwa yang bolehlah kita bilang sebagai "kecelakaan sejarah"... hanya sekedar peristiwa perebutan kekuasaan politik semata! yang bahkan dengannya pun kita tidak dapat serta merta berhak mengatakan: golonganku yang benar, golonganmu salah, dan seterusnya.
OK, demikian sedikit pengantar pribadi dari saya. Yang berminat untuk membaca buku singkat ini (sebetulnya saya kok lebin cenderung mengklasifikannya sebagai artikel ya, daripada buku... tapi, whatever lah), monggo silahkan diambil bukunya di Rak Koleksi pok SEBELAH SINI
Sebuah pertanyaan sederhana dalam benak nurani saya, yang entah kapan bisa terpuaskan dengan satu jawaban masuk akal yang bisa saya terima. Wallahu 'alam bissawaab...
Buku dari Farag Fouda (Farah Faudah, bhs. Arab) ini secara garis besar adalah upaya dari sang penulis yang mencoba untuk meletakkan kembali persoalan keagamaan yang aktual itu, kembali pada proporsi sebenarnya yang seharusnya kita pegang erat. Bahwa fenomena friksi Sunni - Syi'ah sejatinyalah sebenarnya BUKAN persoalan keagamaan/keimanan, melainkan sekedar sebuah peristiwa yang bolehlah kita bilang sebagai "kecelakaan sejarah"... hanya sekedar peristiwa perebutan kekuasaan politik semata! yang bahkan dengannya pun kita tidak dapat serta merta berhak mengatakan: golonganku yang benar, golonganmu salah, dan seterusnya.
OK, demikian sedikit pengantar pribadi dari saya. Yang berminat untuk membaca buku singkat ini (sebetulnya saya kok lebin cenderung mengklasifikannya sebagai artikel ya, daripada buku... tapi, whatever lah), monggo silahkan diambil bukunya di Rak Koleksi pok SEBELAH SINI
Biasakan memandang satu persoalan dari segala sisi perspektif.
SALAM PUSTAKA
No comments:
Post a Comment