Ketika malam semakin menua, desa kota Probolinggo ku pun mulai mengantuk. Di kamar kuno rumah Randupangger ku, ngelangut sepi, sendiri aku termangu di temaramnya kamar. Sunyi. Tak ada lagi riuh suara kota. Hanya suara cengkerik sesekali, dan kesiur Angin Gending yg kadang datang mengelus jendela kayu kamar di rumah tuaku ini, rumah kuno bergaya kolonial.
Dan sayup di kejauhan, timbul tenggelam terbawa kesiur Angin Gending, terdengar lagi suara itu! Suara yang - bagiku - terdengar bernuansa sedikit mistis, mrngalun misterius dari sebuah loudspeaker kampung yang sember, kadang terdengar kadang hilang, mengalun mendayu-dayu.... bagaikan datang dari alam yang tak sama. Sebuah alunan suara gamelan, ditabuh dengan irama kendang yang bertalu... dan lantunan suara laki perempuan, menembangkan tembang² misterius, dengan ucapan kalimat yang tak sepenuhnya bisa aku paham olah bahasanya. Bahasa Madura!
Sampai jauh umurku menua, tetap kusimpan rasa penasaran itu, mengendap menjadi kristal memori dari masa lalu. Keingintahuan tentang semarak pesta apa sebenarnya yang lantunan suaranya kerap kudengar mengiringi tidur² malamku di kota masa kecilku itu. Tanpa pernah mendapat sebuah jawaban.
Sampai diusiaku yang mulai merambah kepala lima ini, akhirnya kutemukan jawaban itu secara tak sengaja.... justru melalui wahana yg sangaaat sangat modern, internet. Melalui jagat informasi youtube, akhirnya terkuaklah misteri besar itu, melalui sebuah kata kunci pencarian: "RUKUN FAMILI TEMANGAN"
Ya, rupanya suara itu adalah suara para pelaku seni tradisional - sejenis Tayub - yang dalam budaya masyarakat pendalungan di daerah tapal kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan Jember) biasa dilangsungkan dalam sebuah acara perhelatan pernikahan.
Prosesinya sangat unik - sedikit menggelikan mungkin bagi kita yang bukan berasal dari kalangan etnik Madura - biasanya berupa bagi² uang (mirip saweran), namun ini diberikan oleh tamu undangan pada pihak pengantin dan keluarga. Imbalannya (dari pemberian "saweran" itu) adalah ya lantunan tembang² yang kudengar di malam² itu. Kadang juga pelantunan tembang ucapan terima kasih itu diiringi dengan tarian, dari pihak penyumbang maupun pihak keluarga pengantin. Isi tembangnya sendiri - yang saya tangkap (karena saya tidak tahu persis secara keseluruhan artinya, karena bahasa Madura bukanlah bahasa ibu bagi saya) - adalah semacam puji²an atas kedermawanan sang penyumbang, sekaligus ucapan terima kasih dari pihak keluarga pengantin.
Sangat unik!
Saya, sebagai seorang Indonesianis, sangat berbahagia sekali dengan penemuan besar ini, dan merasa semakin cinta dengan bukti keragaman budaya yang sungguh sangaaaat kaya sekali dari bangsa ini, budaya Nusantara.
Semoga harta tak ternilai seperti ini tidak segera punah tergerus gelinding jaman. Semoga masih ada generasi anak cucu kita yang masih bisa terus peduli, mencintai dan merawat warisan adiluhung budaya para leluhur ini.
Semoga...
CATATAN :
Beberapa koleksi audio-video Rukun Famili Temangan ini ada di folder SENI BUDAYA NUSANTARA di posting saya sebelumnya disini. Atau bisa langsung menuju Rak Koleksi melalui LINK INI
Semua intelectual rights gambar serta koleksi audio-video yang saya pasang di posting ini ternisbahkan pada berbagai sumber terkait di internet dan youtube. Apresiasi dan permohonan maaf bila tidak berkenan, semuanya hanya dengan maksud dan tujuan untuk nderek manguri-uri kabudayan Nuswantoro ingkang samya kito tresnani. Juga tidak ada maksud untuk tujuan komersialisasi. Matur nuwun 🙏
SALAM NUSANTARA